Untuk mendukung pencapaian kualitas
yang standar, sistem PJJ sangat tergantung pada pemanfaatan fasilitas belajar
bersama berdasarkan kemitraan antar institusi. Dengan demikian, tenaga pengajar
yang berkualitas dapat dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk konsorsium untuk
menjadi pengembang bahan ajar dan bahan ujian. Bahan ajar dan bahan ujian
kemudian dikemas untuk didistribusikan ke berbagai pelosok tanah air. Hal ini
menjamin terjadinya pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas lintas
ruang, waktu, dan kondisi sosioekonomi.
Untuk menjamin kualitas, secara
intrinsik, penyelenggaraan sistem PTJ diharapkan memenuhi persyaratan:
·
didasarkan
pada kegiatan perencanaan yang sistemik berkenaan dengan kurrikulum, bahan
ajar, proses pembelajaran, alat dan sistem evaluasi;
·
berbasiskan
media dan TIK;
·
memanfaatkan
sistem penyampaian yang inovatif dan kreatif;
·
menyelenggarakan
proses pembelajaran interaktif berbasiskan TIK tanpa mengesampingkan kesempatan
tatap muka;
·
mengembangkan
dan membina tingkat kemandirian siswa; dan
·
menyediakan
layanan pendukung yang berkualitas (administrasi akademik, bantuan belajar
siswa, unit sumber belajar untuk layanan administrasi dan siswa, akses,
konektivitas, dan infrastruktur).
Berdasarkan hal-hal tersebut, peran
sistem PJJ menjadi sangat penting untuk secara massal menawarkan budaya belajar
yang berbeda, pengalaman belajar yang bermakna, serta integritas akademik
kepada masyarakat luas di Indonesia, yang pada akhirnya dapat berdampak
terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, dan daya saing bangsa.
Kesimpulan dari uraian yang saya
paparkan di atas adalah antara media pembelajaran TIK atau peningkatan skill
pengajar dalam pemanfaatannya harus berjalan beriringan. Kenapa demikian saya
berpendapat bahwa apabila kita terlalu menitik beratkan ke salah satu aspek
tersebut maka menurut saya maka tidak akan adanya kesempurnaan yang maksimal
yang mengakibatkan tidak berjalannya sistem. Oleh karena itu jalankan sistem
yang ada dengan memaksimalkan media pembelajaran yang ada dan skill pengajar
yang ada. Apabila hal yang sudah ada telah sempurna dilaksanakan
kekurangan-kekurangan yang lain di benahi seiring berjalannya kegiiatan sistem
yang ada dan sudah dilakukan. Kekurangan yang ada akan terlihat dan terasa
jelas saat sistem sudah dijalankan.
Faktor Pendukung :
1.
Tumbuhnya
kesadaran akan minat PJJ di kalangan pemerintah dan sektor swasta yang
dibuktikan dengan bertambah luas dan banyaknya jumlah peserta yang mengikuti
kegiatan loka karya dann pertemuan.
2.
Distribusi
masukan yang telah diberikan para konsultan di berbagai sektor semakin
meyakinkan pendayagunaan mereka telah dilakukan secara baik dan maksimal
3.
Peran
serta secara positif di dunia pendidikan dan pelatihan melalui kegiatan
simposium nasional dan internasional
4.
Dukungan
dari Pemerintah Indonesia , UNDP, dan UNESCO telah menjadi pendorong bagi
pengelola kegiatan selama masa opersionalnya. Hal itu menjadi faktor pendukung
bagi kelanjutan pengembangan kerjasama lintas sektoral di masa depan
Secara umum, sistem PJJ dengan
keunikannya serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang
mendukungnya, telah berkembang menjadi sistem pendidikan yang banyak
diperhitungkan dalam upaya menjawab beragam tantangan, terutama pada jenjang
pendidikan tinggi.
Berdasarkan data-data statistik dunia
(www.internetworldstats.com), jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun
2010 mencapai sekitar 30 juta pengguna. Diperkirakan pada tahun 2011 akan
mencapai 39,6 juta pengguna. Pertumbuhan pengguna internet yang sangat cepat
ini sangat mendukung perkembangan PJJ di Indonesia. Di samping itu, situasi
ekonomi nasional dan global menyebabkan harga komputer semakin dan biaya akses
internet juga semakin terjangkau oleh berbagai pihak.
Kendala Perkembangan PJJ di Indonesia:
1.
Daya
saing bangsa masih belum terlalu tinggi, ditunjukkan dengan indikator yang
berlaku internasional. Mutu pendidikan
di Indonesia masih belum cukup tinggi ditunjukkan dengan indikator eksternal
yang berlaku internasional dan indikator internal yang berlaku nacional,
walaupun sudah beberapa perguruan tinggi negeri yang mampu menembus peringkat
atas Asia dan dunia dalam Webometrics
2.
Globalisasi
dan knowledge-based economy yang menantang manusia Indonesia untuk
berkemampuan menciptakan dan memanfaatkan pengetahuan; memiliki profesionalisme
tinggi; sertifikasi profesi; memiliki entrepreneurial spirit, dan
menguasai soft skills. Modal sumberdaya manusia yang dimiliki Indonesia
sesungguhnya adalah sangat potencial. secara umum, kualitas sumberdaya manusia
Indonesia masih belum mampu bersaing dalam skala global, bahkan Indonesia masih
berada pada peringkat yang relatif rendah dalam Human Development Index dunia,
yaitu ranking 108 (Human Development Index - 2010 Rankings, Sumber:
hdr.undp.org/en/statistics/).
3.
Civil
society: tuntutan
akan kualitas dan peran perguruan tinggi dalam membentuk masyarakat yang
berkarakter dan masyarakat madani. Sebagai lembaga sosial yang secara
tradisional bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perguruan
tinggi adalah lembaga yang paling merasakan tuntutan sosial untuk menghadapi
beragam perubahan global tersebut. Dunia usaha, pemerintah dan masyarakat yang
memerlukan ilmu pengetahuan baru yang berbasis teknologi informasi,
bioteknologi serta ilmu-ilmu multidisiplin lainnya akan menuntut perguruan
tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
lebih tinggi.
Secara mikro, tantangan
yang dihadapi oleh pendidikan tinggi di Indonesia meliputi:
·
Digitalisasi proses pembelajaran yang semakin
berkembang
·
Kapasitas daya tampung perguruan tinggi
·
Pembinaan kualitas perguruan tinggi
·
Waktu studi di perguruan tinggi yang belum
efektif
·
Masa tunggu lulusan perguruan tinggi untuk
mendapat pekerjaan masih tinggi
·
Minat mahasiswa terhadap bidang sains dan
teknologi yang relatif masih rendah
·
Kualitas
tenaga pengajar perguruan tinggi yang belum memadai dan belum tersebar dengan baik
·
Krisis sumberdaya keuangan perguruan tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar