Selasa, 13 November 2012

Perkembangan PJJ di Indonesia


Untuk mendukung pencapaian kualitas yang standar, sistem PJJ sangat tergantung pada pemanfaatan fasilitas belajar bersama berdasarkan kemitraan antar institusi. Dengan demikian, tenaga pengajar yang berkualitas dapat dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk konsorsium untuk menjadi pengembang bahan ajar dan bahan ujian. Bahan ajar dan bahan ujian kemudian dikemas untuk didistribusikan ke berbagai pelosok tanah air. Hal ini menjamin terjadinya pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas lintas ruang, waktu, dan kondisi sosioekonomi.
Untuk menjamin kualitas, secara intrinsik, penyelenggaraan sistem PTJ diharapkan memenuhi persyaratan:
·         didasarkan pada kegiatan perencanaan yang sistemik berkenaan dengan kurrikulum, bahan ajar, proses pembelajaran, alat dan sistem evaluasi;
·         berbasiskan media dan TIK;
·         memanfaatkan sistem penyampaian yang inovatif dan kreatif;
·         menyelenggarakan proses pembelajaran interaktif berbasiskan TIK tanpa mengesampingkan kesempatan tatap muka;
·         mengembangkan dan membina tingkat kemandirian siswa; dan
·         menyediakan layanan pendukung yang berkualitas (administrasi akademik, bantuan belajar siswa, unit sumber belajar untuk layanan administrasi dan siswa, akses, konektivitas, dan infrastruktur).

Berdasarkan hal-hal tersebut, peran sistem PJJ menjadi sangat penting untuk secara massal menawarkan budaya belajar yang berbeda, pengalaman belajar yang bermakna, serta integritas akademik kepada masyarakat luas di Indonesia, yang pada akhirnya dapat berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, dan daya saing bangsa.

Kesimpulan dari uraian yang saya paparkan di atas adalah antara media pembelajaran TIK atau peningkatan skill pengajar dalam pemanfaatannya harus berjalan beriringan. Kenapa demikian saya berpendapat bahwa apabila kita terlalu menitik beratkan ke salah satu aspek tersebut maka menurut saya maka tidak akan adanya kesempurnaan yang maksimal yang mengakibatkan tidak berjalannya sistem. Oleh karena itu jalankan sistem yang ada dengan memaksimalkan media pembelajaran yang ada dan skill pengajar yang ada. Apabila hal yang sudah ada telah sempurna dilaksanakan kekurangan-kekurangan yang lain di benahi seiring berjalannya kegiiatan sistem yang ada dan sudah dilakukan. Kekurangan yang ada akan terlihat dan terasa jelas saat sistem sudah dijalankan.








Faktor Pendukung :
1.    Tumbuhnya kesadaran akan minat PJJ di kalangan pemerintah dan sektor swasta yang dibuktikan dengan bertambah luas dan banyaknya jumlah peserta yang mengikuti kegiatan loka karya dann pertemuan.
2.    Distribusi masukan yang telah diberikan para konsultan di berbagai sektor semakin meyakinkan pendayagunaan mereka telah dilakukan secara baik dan maksimal
3.    Peran serta secara positif di dunia pendidikan dan pelatihan melalui kegiatan simposium nasional dan internasional
4.    Dukungan dari Pemerintah Indonesia , UNDP, dan UNESCO telah menjadi pendorong bagi pengelola kegiatan selama masa opersionalnya. Hal itu menjadi faktor pendukung bagi kelanjutan pengembangan kerjasama lintas sektoral di masa depan
Secara umum, sistem PJJ dengan keunikannya serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mendukungnya, telah berkembang menjadi sistem pendidikan yang banyak diperhitungkan dalam upaya menjawab beragam tantangan, terutama pada jenjang pendidikan tinggi.

Berdasarkan data-data statistik dunia (www.internetworldstats.com), jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2010 mencapai sekitar 30 juta pengguna. Diperkirakan pada tahun 2011 akan mencapai 39,6 juta pengguna. Pertumbuhan pengguna internet yang sangat cepat ini sangat mendukung perkembangan PJJ di Indonesia. Di samping itu, situasi ekonomi nasional dan global menyebabkan harga komputer semakin dan biaya akses internet juga semakin terjangkau oleh berbagai pihak.

Kendala Perkembangan PJJ di Indonesia:

1.    Daya saing bangsa masih belum terlalu tinggi, ditunjukkan dengan indikator yang berlaku internasional.  Mutu pendidikan di Indonesia masih belum cukup tinggi ditunjukkan dengan indikator eksternal yang berlaku internasional dan indikator internal yang berlaku nacional, walaupun sudah beberapa perguruan tinggi negeri yang mampu menembus peringkat atas Asia dan dunia dalam Webometrics

2.    Globalisasi dan knowledge-based economy yang menantang manusia Indonesia untuk berkemampuan menciptakan dan memanfaatkan pengetahuan; memiliki profesionalisme tinggi; sertifikasi profesi; memiliki entrepreneurial spirit, dan menguasai soft skills. Modal sumberdaya manusia yang dimiliki Indonesia sesungguhnya adalah sangat potencial. secara umum, kualitas sumberdaya manusia Indonesia masih belum mampu bersaing dalam skala global, bahkan Indonesia masih berada pada peringkat yang relatif rendah dalam Human Development Index dunia, yaitu ranking 108 (Human Development Index - 2010 Rankings, Sumber: hdr.undp.org/en/statistics/).


3.    Civil society: tuntutan akan kualitas dan peran perguruan tinggi dalam membentuk masyarakat yang berkarakter dan masyarakat madani. Sebagai lembaga sosial yang secara tradisional bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perguruan tinggi adalah lembaga yang paling merasakan tuntutan sosial untuk menghadapi beragam perubahan global tersebut. Dunia usaha, pemerintah dan masyarakat yang memerlukan ilmu pengetahuan baru yang berbasis teknologi informasi, bioteknologi serta ilmu-ilmu multidisiplin lainnya akan menuntut perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih tinggi.

Secara mikro, tantangan yang dihadapi oleh pendidikan tinggi di Indonesia meliputi:
·          Digitalisasi proses pembelajaran yang semakin berkembang
·          Kapasitas daya tampung perguruan tinggi
·          Pembinaan kualitas perguruan tinggi
·          Waktu studi di perguruan tinggi yang belum efektif
·          Masa tunggu lulusan perguruan tinggi untuk mendapat pekerjaan masih tinggi
·          Minat mahasiswa terhadap bidang sains dan teknologi yang relatif masih rendah
·            Kualitas tenaga pengajar perguruan tinggi yang belum memadai dan belum   tersebar dengan baik
·          Krisis sumberdaya keuangan perguruan tinggi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar